Pendidikan dan kekerasan

Pagi ini saya mendengar sebuah berita dari tetangga bahwa mantan guru SMA saya menampar seorang muridnya yang dianggap kurang ajar. Mendenga...

Pagi ini saya mendengar sebuah berita dari tetangga bahwa mantan guru SMA saya menampar seorang muridnya yang dianggap kurang ajar. Mendengar cerita secara lebih mendalam, murid tersebut kemudian malah_secara kurang ajar_menantang guru yang dulu banyak saya dan teman-teman seangkatan saya kenal sebagai guru yang sangat penyabar dan penyayang. Peristiwa tersebut agaknya membuat saya mengevaluasi pandangan saya terhadap sistem pendidikan yang mengharamkan kekerasan. Sepintas, kekerasan dalam pendidikan seolah menjadi momok yang patutnya dihilangkan. Logis memang, namun tak realistis.

Kejadian yang membuat saya menyadari bahwa masih ada beberapa murid yang memerlukan penanganan "lebih" terkait masalah yang tak hanya secara akademik, tapi juga secara etika ini mendorong saya untuk mengevaluasi bagaimana konsep akademis barat tak serta merta dapat diterapkan di negara-negara timur. Perbedaan tingkat kesadaran, nilai, budaya, yang pada akhirnya berimbas pada perbedaan cara orang tua dan masyarakat membesarkan anak-anak mereka membuat konsepsi edukasi ala barat menjadi mentah.

Sorotan masyarakat seolah terpusat terutama pada kurangnya pendidikan etika. Konsep edukasi ala barat yang menjunjung kesetaraan didukung kondisi lingkungan masyarakat yang sadar hukum, dan sosial cenderung dapat lebih menerima pola didik yang berfokus pada akademik. Sementara pendidikan etika, tidak seperti yang terjadi di masyarakat timur, memiliki perbedaan nilai. Penghormatan terhadap yang lebih tua, masih menjadi nilai yang tak bisa diabaikan, karena toh konsep apapun termasuk pendidikan tak berdiri di ruang yang hampa sosial. Perbedaan ideologi negara, bangsa, kesukuan, dan agama tidak membiarkan idealisme pendatang kemudian serta merta mengambil alih komposisi nilai-nilai sosial tanpa melalui proses yang berarti.

Dalam hal ini, sekolah sebagai lembaga sekaligus agen penyalur dan penjaga nilai-nilai sosoal tersebut harus konsisten dan bahkan jika perlu, melakukan segala cara agar generasi bangsa selanjutnya masih memiliki idealisme para 'founding fathers'. Selain menilik sistemnya, kita juga perlu melihat proses penerapannya di lapangan. Kondisi pendidikan memang sudah mulai berubah, terutama dalam konsep penyampaian pesan pendidikan dari lembaga pendidik kepada peserta didik.

Jika dahulu hanya bersifat doktrin dan satu arah, kini berangsur-angsur berubah menjadi lebih setara, walau masih dibutuhkan proses panjang. Kesiapan masyarakat menerima sistem pendidikan yang dianggap lebih baik justru menjadi faktor menentukan apakah sistem itu benar-benar lebih baik. (Yes)

You Might Also Like

0 comments

Mari bertukar pikiran...