Ada sebuah stop contact di rumah kami yang bersebelahan dengan sofa, dan kami sekeluarga biasa menggunakannya untuk menyalakan kipas angin. Suatu hari, anak saya bermain seperti biasa dekat dengan stop contact tersebut. Ia nampaknya ingin tahu mengapa stop contact tersebut mampu membuat kipas angin menyala. Penasaran, ia hendak menjangkaunya dengan tangan mungilnya. Terang saja, sebagai orang tua kami tidak mau melihat anak kami terkena sengatan listrik akibat perbuatan yg belum dia mengerti akibatnya. Kami melarangnya dengan cara memberinya penjelasan logis yang kami ketahui, tentang bahaya sengatan listrik untuk manusia.
Jelaslah, untuk anak sekecil itu, penjelasan kami seperti tidak masuk akal untuknya. Ia ngotot marah dan menangis tetap ingin memegang stop kontak listrik itu, saking penasaranya barangkali. Dengan terpaksa saya peringatkan dengan sesuatu yg dia mengerti. Akhirnya, dengan alasan jika tetap ngotot maka saya tidak akan mengajaknya nonton kereta api, (kami berencana keluar jalan-jalan) dia baru menurut.
Kejadian itu membut saya berpikir, kadang bahkan seringkali tuhan melarang kita ini dan itu tanpa memberitahukan atau hanya memberi sedikit petunjuk apa sesungguhnya maksud larangan itu. Mungkin saja, derajat logika kita di mata Tuhan tidak lebih dari anak kecil yang tidak ahu apa-apa, seperti cerita yg saya alami di atas. Menjelaskan logika tuhan kepada manusia mungkin seperti menjelaskan table manner kepada ayam.
Teknologi kini semakin memungkinkan saya mengetahui bahwa semakin banyak orang-orang yang seperti mengenal Tuhan mereka seperti sahabatnya sendiri. Mencoba menterjemahkan logika Tuhan dengan cara berpikir yang mereka miliki. Seperti bencana alam yang disangkutpautkan dengan murka Tuhan. Atau kematian seseoraang yang disangkut pautkan dengan musibah atau dikatakan sebagai hukuman yang diberikan Tuhan. Manusia berpikir bahwa apa saja yg menyusahkan sebagai cobaan, dan apa yang mengenakkan sebagai berkah, namun apakah benar logika demikian?
Saya yakin, sampai akhir jaman, manusia tidak akan pernah mengerti cara berpikir Tuhan, bahkan sedikit saja. tapi bukan berarti hal tersebut lantas menjauhkan kita dari Tuhan. Seperti saya dan anak saya. Mungkin sang anak belum mengerti apa penjelasan yang dimaksud orang tuanya karena pengetahuan sang anak masih sangat terbatas, namun bukan berarti orang tua tidak dapat melakukan cara lain untuk membimbing anaknya, seperti memberikan pujian atau memberi hadiah untuk anjuran yang dilaksanakan, menunjukan murka dan memberikan hukuman untuk larangan yang dilakukan. sesederhana itu. seperti pahala dan dosa.
Intinya sih, tak perlu memaksakan diri melakukan amalan karena mengetahui logika di baliknya, karena saat manusia berpikir dengan logika, pada akhirnya keberadaan Tuhan tidak akan dapat dibuktikan. Karena justru sampai saat ini semua keberadaan tentang Tuhan telah dimentahkan oleh keberadaan Logika.
Mengenali logika
Logika terbentuk dari kata logikos, yang berasal dari kata benda logos yakni adalah sesuatu yang diutarakan, dipertimbangkan oleh akal, ungkapan, atau ucapan lewat bahasa. Menurut beberapa ahli, logika marupakan suatu pertimbangan akal yang diutaraakan melalui bahasa. Ada lagi yag menyebutkan, logika merupakan studi penyimpulan secara cermat dengan menggunakan metode-metode untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan tidak sah.
Pada intinya, logika memiliki bebrapa unsur utama, yakni; (1) merupakan sebuah usaha manusia, (2) membutuhkan metode-metode tertentu, (3) terdapat pembuktian-pembutian (4) untuk menarik kesimpulan. Salah satu kegunaan logika adalah memberanikan diri melawan kesesatan berpikir dan mendapatkan pencerahan. Logika yang kini melahirkan ilmu pengetahuan merupakan tonggak utama kejayaan pikiran manusia yang diawali pada masa Renaisans di eropa. Kedigdayaan ilmu pengetahuan bahkan masih berpengaruh hingga kini dan telah memengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia di seluruh dunia. Pembuktian-pembuktian empirik atas berbagai kejadian dan kenyataan yang dahulu hanya dimiiki dan didominasi oleh Agama saja.
Beberapa tonggak utama yang mengawali masa ini adalah, cerita tentang bagaimana kekuatan gereja yang mencoba menghentikan langkah Copernicus untuk menyangkal logika gereja tentang bumi sebagai pusat dunia menjadi semacam titik penting bagaimana logika agama perlu dipertanyakan kembali oleh umat-umatnya. Bahkan sampai sekarang, keberadaan ilmu pengetahuan yang diciptakan dengan cara berpikir logis ini semakin mendominasi dunia, satu demi satu menumbangkan cara-cara berpikir agama yang diajarkan dengan cara konvensional dan indoktrinasi. Hubungan manusia dengan agamanya telah mengalami masa-masa kritis pada era ini.
Hal inilah yang membuat saya khawatir mengenai keberadaan logika yang secara tidak langsung mengancam keberadaan agama saya sendiri yakni agama Islam. Saya hanyalah umat yang masih sangat dangkal mengenai pengetahuan agamanya, namun saya diberikan karunia lain oleh Allah untuk mempelajari tentang kehidupan ummat dan segala aktivitas sosialnya sekaligus segala dampak yang ditimbulkannya.
Kenyataan yang terjadi sekarang adalah, munculnya berbagai kesesatan berpikir dan penyalahgunaan logika Tuhan. Sayangnya, penyalah gunaan logika Tuhan itu dilakukan terutama oleh umat-umat beraagama itu sendiri. Sebagaimana kejadian gereja yang menganggap sesat pemikiran Copernicus pada abad 16 lalu yang pada akhirnya, ketika ditumbangkan, membuat menusia merasa ditipu, dierdaya, dan dianggap sebagai obyek kepentingan agama yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan tertentu saja.
Lantas memakai logika apakah sebuah kejadian misalkan bencana alam atau kemiskinan atau segala bentuk kesulitan hidup merupakan bentuk kemurkaan Tuhan? Apakah kebahagiaan dan kekayaan selalu menjadi bentuk keberkahan Tuhan? mari berpikir kembali, seberapa pantas logika manusia menterjemahkann logika Tuhan? (bagi semua umat yang merasa Tuhan mereka diatas diri mereka sendiri) (yes)
Agama dan Logika
Reviewed by yesthapahlevi
on
05.23.00
Rating: 5
0 comments
Mari bertukar pikiran...